KEDATUAN-KEDATUAN SASAK-LOMBOK
Pada akhir zaman prasejarah masyarakat Lombok telah mulai mengenal tata kehidupan yang lebih teratur. Dalam melanjutkan hidup dan kehidupannya, mereka
memerlukan ketentraman dan keamanan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
teratur, terarah dan selamat. Untuk itulah mereka memerlukan pimpinan yang tepat,
supaya masyarakat terjamin segala-galanya. Pucuk pimpinan ini adalah datu atau raja,
namun pelaksana di tingkat yang lebih rendah (desa) ditunjuk pembantu-pembantu.
Hubungan antara atasan dengan desa dilatarbelakangi oleh hubungan kesetiaan.
Meskipun hanya kesetiaan akan tetapi kerajaan itu merupakan satu kesatuan. Oleh karena
itulah sulit untuk melepaskan pandangan/kekuasaan datu atau raja terhadap masyarakat.
A. Kedatuan Kuno Pada zaman kuno, terdapat beberapa kedatuan-kedatuan di Lombok antara
lain Kedatuan Desa Lae’, Kedatuan Suwung, Kedatuan Batu Parang (Selaparang
Hindu), Kedatuan Perigi, Kedatuan Mumbul, Kedatuan Sasak, Kedatuan Kedaro.
Adapun beberapa kedatuan dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kedatuan Desa Lae.
Menurut babad Lombok, kedatuan tertua di Lombok terletak di Desa Lae’ dengan
rajanya toaq lokaq disinyalir berlokasi di Sembalun sekarang ini. Kedatuan ini
kemudian terpencar-pencar ke Sambelia, Batu Dendeng, Suwung yang terletak di
sebelah utara Perigi rajanya Batara Indra selanjutnya Kedatuan Lombok. Dalam
babad suwung kedatuan awal di Lombok adalah Kedatuan Suwung yang berpusat
di antara Sambelia dan Sugian sekarang. Beberapa ahli dan sejarawan menduga
bahwa Kedatuan Suwung adalah Kedatuan Pamatan. Setelah meletusnya gunung
Rinjani kemudian bermunculan kedatuan kecil seperti Selaparang, Bayan,
Sokong, Langko, Pejanggik. Secara garis besarnya kerajaan di Pulau Lombok
terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Kedatuan Sasak dan Kedatuan Selaparang
Hindu. (Kedatuan Selaparang Hindu disebut dalam Pamencangah dan Pararaton
disaebut pula dengan Kedatuan Sasak beribukota pemerintahan di Kecamatan
Pringgabaya Desa Presa’ Selaparang). Selaparang Hindu (Sasak dan Sumbawa)
dengan gelar raja yaitu Dewa Meraja yang namanya Sri Dadelanatha. Wilayah
kekuasaannya meliputi pulau Lombok dan bagian barat pulau Sumbawa dengan
ibukota Presak Selaparang. Setelah kedatuan Lombok dihancurkan oleh tentara
Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan, dan sekembalinya
tentara itu Raden Maspahit membangun kedatuan baru yang bernama Batu Parang
yang kemudian terkenal dengan nama Selaparang.
2. Kedatuan Perigi.Pada abad ke XIII disebutkan Kedatuan Perigi yang dibangun oleh sekelompok
transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati. Ketika Majapahit
mengirimkan ekspedisinya ke pulau Bali tahun 1343 diteruskan ke Lombok di
bawah pimpinan Empu Nala, untuk menaklukkan Selaparang. Setelah ditaklukkan
Gajah Mada datang ke Lombok yang dikenal dengan nama Selapawis.
Kedatangan Gajah Mada ke Lombok ditulis dalam sebuah memori yang disebut
Bencangah Pinan. Sejak kehancuran Selaparang Hindu, di Pulau Lombok timbul
kedatuan-kedatuan kecil, diantaranya Kedatuan Mumbul yang berpusat di
Labuhan Lombok.
3. Kedatuan Sasak.Kira-kira pada abad IX – abad ke XI di Lombok berdiri satu kedatuan bernama
Kedatuan Sasak (diketahui dari kentongan perunggu di Pujungan Tabanan).
Bentuk dan susunan pemerintah kedatuan ini tidak diketahui dengan pasti, justru
kentongan tersebut merupakan peringatan kemenangan Negara Sasak atas Bali
yang kira-kira dibuat setelah jaman Anak Wungsu (1077).
4. Kedatuan Kedaro.
Kedatuan Kedaro merupakan kedatuan yang terletak di Belongas, rajanya
bernama Ratu Maspanji berasal dari Jawa, kemudian pindah ke Pengantap dengan
nama Kedatuan Samarkaton. Peninggalan kerajaan ini adalah pakaian kerajaan
yang disimpan oleh Amaq Darminah di Belongas. Demikian pula alat-alat
upacara seperti gong saat ini masih tersimpan di Penujak, kedatuan ini berakhir
ketika terjadi serangan dari Kedatuan Langko dipimpin oleh Patih Singarepa dan
Patih Singaulung (Depdikbud, 1977).
B. Kedatuan Lombok Kerjaaaan Majapahit memberikan hak penuh (berdaulat) kepada kerajaan
maupun daerah-daerah wilayah kekuasaannya yang meliputi Wilayah Republik
Indonesia sekarang ditambah Semenanjung Malaya, Kalimantan Utara. Majapahit
bukanlah negara kesatuan melainkan Negara Antar Nusa artinya tiap-tiap kerajaan
berdaulat penuh tetapi mengakui hak kekuasaan pusat kepada Majapahit sehingga
Majapahit dikenal sebagai Negara Super Staats artinya negara di atas negara.
Awal keruntuhan kerajaan Majapahit tahun 1478 M menyebabkan lemahnya
kontrol terhadap kerajaan dibawahnya sehingga masing-masing kerajaan melepaskan
diri dari pengaruh Majapahit. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan
Majapahit sebagai berikut :
1. Tindakan Gajah Mada yang memborong segala kekuasaan dan tidak mendidik
kader-kader pemimpin
2. Adanya perang saudara “Paregreg” yang melemahkan pemerintah pusat,
3. Penyerangan Girindrawardhana dari Medang Kemulan,
4. Masuk dan berkembangnya agama Islam dan sekaligus ingin melepaskan diri dari
pengaruh Majapahit.
Dengan demikian, kedatuan-kedatuan kecil di Pulau Lombok seperti kedatuan
Lombok, Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan dan beberapa desa-desa kecil
seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang melepaskan diri
dari pengaruh Majapahit. Di antara kerajaan yang paling maju adalah kedatuan
Lombok yang berpusat di Labuan Lombok
Untuk mengamankan wilayah kekuasaannya, Majapahit mengirimkan
ekspedisi ke wilayah timur dibawah pimpinan Mpu Nala, karena adanya tanda-tanda
bahwa masing-masing daerah di Lombok ingin melepaskan diri. Peristiwa ini terjadi
sekitar tahun 1342 M. Menurut Djelenga, Mpu Nala yang datang ke Lombok
merupakan bagian dari tokoh yang disebut datu telu besanakan karena bersaudara 3
orang yaitu : (1) Betara Mas Kerta Jala di Sulawesi, (2) Betara Mas Indra Sakti di
Klungkung, Bali, (3) Betara Mas Tunggul Nala di Lombok. Ekspedisi Nala kemudian
disusul Gajah Mada untuk membantu kekuatan prajurit sehingga datu yang berkuasa
dapat ditaklukan oleh kekuatan dari Majapahit. Tempat itu dinamakan Selapawis
(sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi Selapawis berarti batu yang
ditaklukan). Peristiwa ini tertulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah
Pinan. Dalam perkembangan selanjutnya Selapawis daerah yang ditaklukan berubah
nama menjadi Selaparang.
Salah seorang prajurit yang ikut dalam ekspedisi itu Demung Mumbul atau
Batara Mumbul atau Prabu Turunan adalah adik Pangeran Kaesari. Pengaeran
Kaesari merupakan keturunan dari Tunggul Ametung yang terbunuh oleh Ken Arok
tahun 1220 M. Prabu Turunan datang ke Lombok sekitar abad ke XIV ketika terjadi
pergolakan di Majapahit. Prabu Turunan (Demung Mumbul) menjadi datu di Labuan
Lombok. Informasi tentang Demung Mumbul tidak banyak diketahui. Menurut
beberapa sumber Prabu Turunan dimakamkan di sebuah bukit yang sekarang dikenal
dengan Gunung Kayangan.
Betara Mas Tunggul Nala menurunkan datu-datu Lombok seperti Bayan,
Selaparang dan Pejanggik. Betara Mas Tunggul Nala mempunyai dua orang putra
yaitu
1. Deneq Mas Muncul yang menurunkan datu-datu Bayan, Sokong dan Mambalan.
2. Deneq Mas Putra Pengendeng mendirikan Kedatuan Kayangan (Labuan Lombok)
menurunkan datu-datu Selaparang dan Pejanggik yaitu (1) Prabu Langko, ada
yang menyebutnya Sri Dadelanatha, (2) Deneq Mas Komala Dewa Sempopo,
menurunkan raja-raja Pejanggik, (3) Deneq Mas Komala Jagat
Kedatuan Lombok terletak di Labuan Lombok yang sangat indah dan
menarik serta memiliki sumber air tawar yang sangat banyak, menjadikan tempat
tersebut sering dikunjungi oleh para pedagang yang datang dari Palembang, Banten,
Gresik dan Sulawesi. Kedatangan para pedagang khususnya Jawa diperkirakan
sekitar abad ke 14 telah banyak membawa perubahan terhadap tatacara dan pola
hidup masyarakat yang semula bekebon, ngerau, begawah (berkebun, berladang,
mencari makanan di hutan) secara liar perlahan-lahan menjadi bersawah dan
bertempat tinggal. Kekayaan hasil bumi dan ternaknya telah menarik pedagangpedagang
dari seluruh Nusantara untuk berdagang di Labuan Lombok. Mereka datang
dengan membawa dagangan yang kurang atau tidak dihasilkan di Lombok seperti
garam, kain-kain halus, alat-alat rumah tangga yang mereka tukar di dengan padi di
Lombok. Selain itu pula masuk pula barang dagangan seperti gambir dari Singapura,
gula dari Jawa, gula aren dari Sulawesi. Perdagangan antar pulau dari pulau Lombok
dan sekitarnya masih tetap dipegang oleh orang-orang Makasar, Madura, Jawa dan
Melayu. Sebagai alat tukar sudah dipergunakan uang kepeng dan perak tetapi
sebagian besarnya masih mempergunakan cara tukar menukar dengan barang.
Di sisi lain, Sejak abad ke 13 Masehi di Labuan Lombok semakin ramai
dikunjungi oleh para pedagang yang berasal dari Jawa, Palembang, Banten, Gresik
dan Sulawesi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lepasnya kerajaan-kerajaan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) jumlah penduduk yang terus
menerus meningkat, (2) semakin pesatnya perdagangan baik antar daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya, maupun antar pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya, (3) masing-masing daerah merasa memiliki kemampuan untuk memimpin
desa atau daerahnya masing-masing karena adanya keleluasaan dari pemerintah pusat
(Majapahit).
Setelah Prabu Turunan atau Batara Mumbul atau Demung Mumbul
meninggal, naiklah puteranya yang bernama Pangeran Indrajaya (Prabu Rangkesari).
Kepemimpinan Pangeran Indrajaya banyak mendapatkan rintangan dan tantangan.
Beberapa kali terjadi pemberontakan dilakukan oleh Demung Brangbantuh untuk
menuntut balas atas kematian adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan.
Kejadian ini disebutkan dalam babad Lombok
“Kaum Talpaman melarikan diri dari negerinya dan sampailah mereka di
Pulau Lombok. Selanjutnya mereka menyerang sebuah desa yang bernama
desa Laeq. Penduduk desa ini kemudian melarikan diri dan mendirikan sebuah
desa baru yang diberi nama desa Pamotan. Babad Lombok menuturkan pula
bagaimana rakyat Pamotan memilih dan menobatkan rajanya. Mereka
memilih seorang di antara mereka yang berbudi baik, berwibawa dan
berpkiran cerdas untuk dijadikan rajanya. Setelah salah seorang terpilih
dibuatkanlah rumah, diberi pakaian yang baik, kuda dan senjata untuk sang
raja. Meletusnya gunung Rinjani selama tujuh hari tujuh malam
mengakibatkan kehancuran besar. Puluhan ribu manusia meninggal dan
sisanya yang selamat mengungsi ke puncak-puncak bukit. Selanjutnya
kedatangan orang Jawa dari kerajaan Majapahit, kemudian menjadi cikal
bakal berdirinya kedatuan Lombok dan Bayan. Konon putra raja Majapahit
yang sulung menjadi Datu Lombok dan adiknya menjadi Datu di Bayan.
Bagian selanjutnya dari babad ini menuturkan kisah asmara yang berujung
tragis antara Lala Seruni dengan Sandubaya. Datu Lombok bernama Kerta
Jaya, yang tergila-gila pada Lala Seruni. Kerta Jaya telah melaksanakan tipu
daya dan menyuruh membunuh suami Lala Saruni (Sandubaya) di hutan
perburuan Gebong. Namun akhirnya sang pembunuh pun menemui ajalnya
karena membanting diri ke batu ketika itu Lala Seruni dibawa oleh Cukli
Ajaib ke tengah Samudra untuk menyatu dengan roh suaminya. Perang pun
tak dapat dihindari antara Prabu Lombok dengan Demung Brangbantun
(kakak Sandubaya). Peperangan berlangsung cukup lama, baru berakhir di
masa Prabu Rangkesari, pengganti Prabu Lombok Kerta Jaya. Yang menarik
dari peperangan ini adalah pelaksanaan perang yang dilakukan secara aneh,
yaitu dengan bersenjatakan binatang laut (pasukan kedatuan Lombok)
melawan pasukan kedatuan Brangbantun yang bersenjatakan jajan dan bahan
makanan lainnya. Bentuk perang seperti ini diusulkan oleh Prabu Rangkesari
karena ingin menghindari korban manusia dan harta benda”.
Setelah Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden
Mas Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal
masuknya Islam di Lombok yang dibawa oleh Sunan Prapen. Setelah berhasil
mengislamkan Datu Lombok, Sunan Perapen dengan pasukannya mengislamkan
kerajaan-kerajaan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan,
Sokong dan Sasak (Lombok Utara). Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan
lainnya, sebagian masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam dengan
cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi sedangkan Pajarakan, Pengantap,
Tawun, Ganjar dan Tebango yang masih berpegang pada kepercayaan lama yang
disebut Budha Keling.
Banyaknya gejolak yang terjadi di kedatuan Mumbul, maka Patih Banda Yuda
dan Patih Singa Yuda menyarankan kepada datu untuk memindahkan pusat
kekuasaan dari Labuan Lombok ke Selaparang. Pemindahan pusat kekuasaan ini
diperkirakan berlangsung pada saat pemerintahan Sunan Dalem yaitu pada tahun
1505 -1545 M. Pemindahan pusat kerajaan memiliki alasan yang sangat kuat karena
lokasi tempat pemindahan sangat strategis dan lebih aman dari serangan musuh. Besambung....!
Assalamualaikum.Wr.Wb.
BalasHapusAda versi lain dari kluarga tiang tentang Kerajaan Kedaro. Singkatnya : Datu Pangeran Djajing Sorga (dari Kabangan Majapahit) berlabuh di Pengantap (lihat cerita Makam Empak), Turunannya membuat Kerajaan Kedaro, ada lagi yang pindah ke Siledinding, Bayan, Kelungkung....terakhir menjadi Kerajaan Kerekok. Dimana menak Pejanggik mengenal Datu kerekok dengan sebutan "Niq Muyat" dan Praya menyebutnya "Arya Wirabumi". Ini sekilas saja tentang muasal Kedaro - Kerekok. Insyaallah pd kesempatan lain tiang sambung. Sekarang tiang masih upayakan membuka "Babad Kerekok" yg kontroversial. Masih sulit sekali krn ada syarat yg masih susahtiang penuhi.
Wassalam.Wr.Wb.
Lalu Sofiyar Putrangga Muncar
(Urutan ke 27 dalam silsilah Datu Pangeran Djajing Sorga)
Assalamu'alaikum,dari mana Sumner sejarahnya ini..?
BalasHapusNinggal gde suparman
BalasHapus